Jacob Ereste :
Pengalaman Spiritual Bagi Setiap Orang Seusai Menunaikan Ibadah Haji ke Mekkah

Mediacakrabuana.id

Boleh dikata, semua orang yang pernah melaksanakan rukun Islam kelima, yaitu ibadah haji atau ziarah ke Baitullah, Mekkah sekali seumur hidup — akan mengalami dan merasakan suatu pengalaman spiritual yang acap dianggap tidak masuk akal. Soalnya memang, pengalaman spiritual yang dialami itu tidak harus dipikirkan, karena yang lebih penting adalah menikmatinya sebagai cermin diri dari perilaku yang pernah kita dibuat sebelumnya. Jadi bisa saja terkesan sangat baik, tetapi bisa juga terasa begitu mengerikan. Karena pengalaman spiritual itu dapat dikata semacam rewind — memutar balik perilaku buruk yang pernah kita lakukan sebelumnya — agar dapat dikoreksi ulang. Bukan hanya supaya tidak dilakukan lagi, tetapi harus disadari sebagai kesalahan yang dimintakan ampunan kepada Allah SWT.

Itulah pengalaman spiritual yang memang tidak bisa dijangkau oleh akal, karena memang pengalaman spiritual di tempat yang suci seperti Mekkah itu harus diyakini sebagai suatu keajaiban atas kekuasaan Tuhan.

Karena itu, kisah setiap orang yang baru menunaikan ibadah haji setelah pulang dari Mekkah mempunyai cerita yang terkesan aneh. Seperti kisah seorang paman yang sudah berulang kali menunaikan ibadah haji ke Mekkah — sejak jamaah dari Indonesia masih menggunakan Kapal Laut — selama beliau berada di Tanah Suci itu selalu mengalami kebutaan, tidak bisa melihat sesuatu apapun. Kejadian serupa ini selalu berulang, sehingga Sang Paman merasa perlu untuk kembali menunaikan ibadah haji berikutnya hingga lebih dari empat kali dia lakukan secara bergilir bersama dengan anggota keluarga yabg lain. Dan mereka semua menjadi saksi kebutaan sang Paman selama berada di Tanah Suci itu. Namun selalu saja seusai meninggalkan Tanah Suci, penglihatannya dapat kembali normal hingga sampai di rumah, seperti tidak pernah kekurangan sesuatu apapun.

Dari peristiwa yang selalu berulang inilah dia semakin percaya dengan Kekuasaan dan Kebebasan Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga dia menjadi semakin tekun dan rajin untuk menjalankan semua petunjuk dan perintah Allah.

Karenanya, sejak keberangkatan hajinya yang pertama hingga yang keempat kalinya, setiap kali sampai di kampung, sang Paman selalu mengadakan semacam pengajian khusus — bersyukur sekaligus memohon ampun kepada Allah — yang kini sangat dia yakin telah memberi hukuman terhadap dirinya dengan tidak mampu melihat apapun selama berada di Mekkah.

Dalam keyakinan umat Islam, ibadah haji memang dipercaya cukup sekali saja. Namun bila mampu dan orang yang bersangkutan memiliki alasan yang cukup untuk melakukan yang kesekian kalinya — seperti sang Paman — bisa saja dilakukan untuk membuktikan kesalahan apakah gerangan yang telah membuat dirinya selalu tidak dapat melihat sesuatu apapun selama berada di Tanah Suci Umat Islam itu.

Cerita kesaksian Ibunda selama di Mekkah, justru merasa lebih sehat dan segar. Sehingga semua menu makanan yang semula sudah tidak lagi beliau sukai, justru bisa dilahap dengan rasa yang sangat nikmat.

Padahal, kondisi sang Ibunda saat hendak berangkat haji sangat mencemaskan. Karena fisik beliau bisa dikata cukup lemah. Sehingga keluarga merasa perlu membekali beliau dengan kursi roda terbaru sekalian dengan ongkos ekstra bila kelak di Mekkah memerlukan tenaga pembantu untuk mobilisasi diri ke mana beliau merasa perlu untuk berpergian.

Lain lagi cerita kawan aktivis saat yang baru saja menunaikan ibadah haji. Dia bercerita mengalami banyak kejadian yang mencengangkan. Sebab suaminya selalu berulang kali merasa kehilangan sang istri. Padahal, menurut sang istri, dia selalu berada di samping suaminya, tiada pernah berpisah sejenak pun selama menunaikan serangkaian prosesi ibadah haji itu di tempat manapun.

Jadi ibadah haji untuk kesekian kalinya seperti yang dilakukan sang Paman tadi itu sangat dia sadari benar adalah adalah sunnah — boleh dilakukan berkali-kali, tetapi tidak wajib hukumnya bagi yang tidak mampu. Sebab ibadah haji yang diwajibkan hanya sekali saja adalah bagian dari rukun Islam pun — hanya berlaku bagi mereka yang mampu menunaikannya. Sebab bagi mereka yang tidak mampu, karena untuk menunaikannya diperlukan ongkos yang cukup besar, maka hukumnya wajib hanya kepada mereka yang mampu. Dan tidak wajib bagi yang tidak mampu. Jadi, sikap toleransi dalam hukum dan rukun Islam sungguh sangat bijak untuk dipahami dan dijalankan sesuai dengan kemampuan orang yang bersangkutan.

Ibadah haji ke Mekkah memang merupakan Rukun Islam yang ke lima, sebagai bagian dari prinsip dasar dalam agama Islam yang harus diyakini dan dilaksanakan oleh setiap Umat Islam. Adapun Kelima Rukun Islam tersebut adalah: Mengucapkan dua kalimah Syahadat, Mendirikan Shalat, Membayar Zakat, Menjalankan Shaum/Puasa,e,3 Mengerjakan Ibadah Haji ke Mekkah. Begitulah kesaksian pengalaman setiap orang seusai menunaikan ibadah haji ke Mekkah, sungguh fantastik dan tidak terjangkau oleh kecerdasan intelektual, kecuali hanya dengan kecerdasan spiritual.

Banten, 27 Oktober 2024

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here